Sejarah pengakuan Indonesia di dunia internasional

Dalam konveksi Montevideo tahun 1933 tertuang persyaratan konstitusi berdirinya sebuah negara namun untuk menjadi suatu bangsa yang berdaulat dalam praktiknya memerlukan pengakuan negara lain jika 3 unsur di atas merupakan persyaratan secara hukum internasional terbentuknya suatu negara makasih pengakuan negara lain untuk berdirinya suatu negara hal ini merupakan unsur politik (nyuruh deklarator). 
Dalam kenyataannya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia mendapat respon dari berbagai negara seperti Mesir,  India dan Australia fakta II membuktikan bahwa berdirinya negara Indonesia telah memenuhi unsur deklarator. 
Periode 1945-1949 bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan dari usaha Belanda yang ingin berkuasa kembali ke Indonesia.

Pengakuan palestina
Dukungan Palestina diwakili oleh Mufti Besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Al-Husaini sedang berada di pengasingan Jerman awal Perang    Dunia Kedua.
Saat itu, pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ Mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini kepada Alam Islami, atas kemerdekaanIndonesia. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut tersebut juga dimuat pada harian “Al-Ahram” Mesir. 
Syaikh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai Mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia ” dan memberikan dukungan penuh.

Pengakuan mesir dan liga Arab 
Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), organisasi Islam yang dipimpin Syaikh Hasan Al-Banna, tanpa kenal Lelah       terus menerus memperlihatkan dukungannya kepada Indonesia. Para pemuda dan pelajar Mesir, juga                kepanduan Ikhwan, dengan caranya sendiri berkali-kali mendemo Kedutaan Belanda di Kairo. Kondisi ini         membuat Kedutaan Belanda di Kairo ketakutan. 

Kuatnya dukungan rakyat Mesir atas kemerdekaan RI membuat pemerintah Mesir mengakui kedaulatan            pemerintah RI atas Indonesia pada 22 Maret 1946 Setelah itu menyusul Syria, Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi         Arabia  dan Afghanistan. 

Dukungan Mesir terhadap Indonesia berlanjut ketika Muhammad Abdul Mu’im selaku Konsul Jenderal Mesir datang ke Yogyakarta pada 13-16 Maret 1947. Tujuan dari kedatangannya adalah untuk menyampaikan pesan    dari Liga Arab yang mendukung kemerdekaan Indonesia. 

keputusan sidang Dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946 menganjurkan kepada semua negara anggota   Liga Arab supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat. Alasan Liga Arab memberikan   dukungan kepada Indonesia merdeka didasarkan pada ikatan keagamaan, persaudaraan serta kekeluargaan

Pengakuan India 
 Pada tahun 1946, Indonesia melakukan diplomasi beras dengan India. Indonesia mengirim bantuan           sebesar 500.000 ton beras kepada India yang saat itu sedang mengalami krisis pangan akibat penjajahan    Inggris. 

Lalu India memenyelenggarakan Konferensi Asia untuk Indonesia (Asian Conference On Indonesia)  di   New Delhi yang berlangsung pada 20-26 Januari 1949. 

Perwakilan dari Afghanistan,  Australia,  Burma (Myanmar),  Ceylon (sri Lanka),  Mesir,  Ethiopia, India, Irak,  iran,  Lebanon,  Indonesia,  Pakistan,  Filipina,  saudi Arabia,  suriah,  dan Yaman.  Dengan peninjauan dari China,  Nepal,  Selandia Baru,  dan Thailand Turki menolak hadir

Pada hari kedua konferensi tersebut menghasilkan sebuah resolusi resolusi yaitu resolusi New       Delhi untuk dan layanan Perserikatan Bangsa bangsa.  Resolusi yng dihasilkan enteni masalah       Indonesia
Pengembalian pemerintahan RIFQY ke Yogyakarta. 
Pembentukan pemerintah ad interim yang mempunyai kemerdekaan dalam politik luar        negeri  
sebelum tanggal 15 maret 1949.
Penarikan tentara Belanda dari seluruh Indonesia. 
Penyerahan kedaulatan kepada pemerintah Indonesia Serikat paling lambat 1 Januari 1949 

Pengakuan Australia 
Secara geografis, Indonesia sangat berdekatan dengan Australia, hal itulah yang membuat Australia ikut terlibat dalam menyuarakan dukungan kemerdekaan Indonesia. Salah satu bentuk dukungannya adalah peristiwa “Black Armada” yang terjadi pada 24 September 1945. Pada saat itu terjadi boikot besar-besaran terhadap kapal-kapal milik Belanda di Pelabuhan Brisbane, Sidney, Melbourne, dan Fremantle yang membawa persenjataan milik Belanda menuju Indonesia.
Kejadian tersebut didukung oleh Partai Buruh Australia yang pada saat itu menguasai pemerintahan Australia. Lalu apa akibat dari peristiwa Black Armada? Akibatnya sebanyak 400 armada kapal milik Belanda yang berlabuh di Australia tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Indonesia. Selain itu para pekerja di pelabuhan Sydney juga menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor diplomatik Belanda dan memasang spanduk bertuliskan “hands off Indonesia”.

Peran PBB
Secara geografis, Indonesia sangat berdekatan dengan Australia, hal itulah yang membuat Australia ikut terlibat dalam menyuarakan dukungan kemerdekaan Indonesia. Salah satu bentuk dukungannya adalah peristiwa “Black Armada” yang terjadi pada 24 September 1945. Pada saat itu terjadi boikot besar-besaran terhadap kapal-kapal milik Belanda di Pelabuhan Brisbane, Sidney, Melbourne, dan Fremantle yang membawa persenjataan milik Belanda menuju Indonesia.
Kejadian tersebut didukung oleh Partai Buruh Australia yang pada saat itu menguasai pemerintahan Australia. Lalu apa akibat dari peristiwa Black Armada? Akibatnya sebanyak 400 armada kapal milik Belanda yang berlabuh di Australia tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Indonesia. Selain itu para pekerja di pelabuhan Sydney juga menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor diplomatik Belanda dan memasang spanduk bertuliskan “hands off Indonesia”.


Pengakuan Belanda
Pengakuan tanggal kemerdekaan Indonesia oleh Belanda atau Pengakuan Kedaulatan Indonesia adalah 
peristiwa di mana Belanda akhirnya mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia adalah tanggal 17 Agustus    1945 sesuai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia, bukan tanggal 27 Desember 1949 saat 
soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam.

Pengakuan ini baru dilakukan pada 16 Agustus 2005, sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi         kemerdekaan Indonesia, oleh Menlu Belanda Bernard Rudolf Bot dalam pidato resminya di Gedung         Deplu. 

Pada kesempatan itu, Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menlu Hassan Wirajuda. Keesokan harinya,        Bot juga menghadiri Upacara Kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan RI di Istana Negara, Jakarta. Langkah Bot ini mendobrak tabu dan merupakan yang pertama kali dalam sejarah.


Sumber 
Ruangguru ,islamindonesia,kompasiana

Comments

Popular posts from this blog

Essay hari guru bagi milenial

Katya dan kegiatan dirumah